Rubikku

Beberapa waktu lalu, rubik kembali terkenal. Dimana-mana orang punya rubik, bahkan ketika pulang ke ponorogo, sepupu saya yang masih SD pun punya dan dengan mudahnya bisa menyusun rubik. Karena sudah tahu tekniknya. Dan memang banyak bermunculan cara-cara untuk menyusun rubik. Saya tidak akan membahas apa itu rubik dan bagaimana sejarah munculnya rubik, tapi saya tertarik dengan rubik.

Sesuai gambar di atas, rubik ini memiliki 6 sisi dengan 6 warna yang berbeda. Masing-masing sisi mempunyai 9 persegi kecil2. Apabila kita menggeser persegi pada permukaan yang satu maka akan mengubah juga posisi persegi pada permukaan yang lain.

Begitulah juga hidup, apa yang kita lakukan, apa yang kita katakan, disadari atau tidak akan mengubah “susunan persegi” orang lain. Entah itu membuat “susunan persegi” orang lain jadi “tersusun baik”, atau malah “rusak berceceran kemana-mana”. Kadang kita hanya fokus pada permukaan rubik yang merah, tapi perlu diingat, masih ada permukaan yang biru, kuning dan warna lain yang pasti akan bergeser juga “susunan persegi”nya. Rubik memang hanya punya 6 sisi, sedangkan dalam hidup kita, kita mempunyai “sisi” yang lebih banyak dari itu. Dan memang dalam setiap  pergerakan kita, tidak serta merta akan membuat “semua sisi tersusun dengan rapi” dalam artian kita tidak bisa menyenangkan semua orang. Tapi paling tidak kita tidak menyakiti ataupun merugikan orang lain. Tentang hubungan kausalitas kehidupan diceritakan dengan sangat indah oleh Tere Liye dalam  perjalanan hidup Raihan di novelnya yang berjudul “Rembulan Tenggelam di Wajahmu”. Hoho..jadi ingat novel saya yang itu entah dipinjem siapa.

Sebagaimana rubik yang punya bermacam2 teknik untuk menyusunnya, rubik hidup kita pun punya alquran dan hadist sebagai pedoman untuk menyusunnya. Diri kita juga dianugerahi hati nurani dan otak untuk digunakan dengan sebaik-baiknya supaya tidak merusak “susunan persegi pada permukaan yang lain”.

Dari rubik, saya belajar dan berikhtiar untuk menjadi pribadi yang setiap pergerakannya menjadikan perubahan yang baik untuk orang lain, karena islam mengajarkan sebaik-baik manusia adalah yang bermanfaat bagi sesamanya. Mohon maaf kepada semuanya yang jika karena saya, “susunan perseginya” jadi kacau. Mohon keikhlasan dan keridlaan hati untuk memaafkan saya. Dan pastinya, setiap pergerakan, setiap kata yang terucap akan dipertanggungjawabkan nanti 🙂

“Pada hari, (ketika) lidah, tangan dan kaki mereka menjadi saksi atas mereka terhadap apa yang dahulu mereka kerjakan (Alquran surah An-nur surah ke 24 ayat ke 24)”

6 thoughts on “Rubikku

Add yours

  1. hm…wah artikelnya berat euii. Kalo mengingat rubik itu permainan waktu saya zaman SMA, saking gak bisa bisa menyusun dengan benar semua kombinasi, akhirnya sy nyontek kunci ajalah. dan ternyata…..tralalala sukses.

    klo menanggapi menjadi orang yang bermanfaat mungkin sekedar sharing aja,

    hmm gimana ya, saya sendiri juga sedang mencoba berusaha juga untuk bisa bermanfaat bagi orang lain tapi tidak semudah itu. Meskipun kita seorang yang berilmu tidak semua lantas bisa bermanfaat bagi orang lain. Banyak kasus terjadi ketika saya mencoba bermanfaat buat masyarakat di desa saya, tapi kenyataannya hal itu terbentur dengan kehidupan masyarakat terutama di pedesaan. Entahlah mungkin karena sy jarang bergaul dengan mereka.

    Saya suka mendengar kutipan AlQur’an atau hadist ya? klo salah tolong dibenarkan, yang berbunyai “Sebaik-baik manusia adalah yang bermanfaat” dan “Allah akan meninggikan derajat orang yang berilmu”. Nah jika diperhatikan dengan mengamati 2 ayat ini, subhanallah ketika kita memiliki ilmu kemudia bisa diterapkan dalam kehidupan bahkan atau bermanfaat bagi kehidupan orang banyak. Rasanya peluh keringat kita, seberapa kencang otak kita berpikir, lelah terbayar sudah. rasanya memiliki kepuasan tersendiri.

    Tetapi terkadang juga, tidak selamanya orang menanggapi maksud kita itu dengan baik, walaupun dari awal kita ingin mencoba berbuat agar bermanfaat bagi orang lain. tapi disisi lain orang lain menanggapinya dengan dingin. Ya itulah manusia, menarik ya. Kalau menghadapi situasi ini, jangan patah semangat ya. …ya ikhlas kan aja toh Allah kok yang akan membalas kebaikan kita.

    Berbuat bermanfaat gak harus langsung, tapi bisa dengan tulisan. Ya itulah sy mencoba menulis yang saya rasa bermanfaat buat orang lain, mencoba mengajari orang,..tapi kenyataan sebenarnya sy yang harus banyak belajar.

  2. hehee….maklum put, sedang mengigau…

    yup, semuanya butuh proses, menjadi jalan untuk kebaikan orang lain berarti kita juga harus berusaha keras untuk memperbaiki diri 🙂

  3. begitulah ris… kadang apa yang kita lakukan secara tidak sengaja bisa melukai perasaan orang lain. Bahkan ketika kita sedang fokus pada hidup kita pun, tak sengaja terpercik ke perasaan orang lain.

    contoh kecil nih di dunia kita (engineering)..: ketika kita sedang fokus coding nih… tiba-tiba ada yang bertanya, namun kita tidak sadar karena lagi tenggelam ke sintac-sintac program. Ternyta itu dianggap temen kita sebagai sebuah kesombongan.
    pun ketika kita sedang bergurau, kadang tak terasa melukai perasaan orla. Yah namanya manusia kadang benar kadang salah.. paling berusaha mempertajam insting perasaan aja.. temen kita ini bisa marah atau tidak dengan kelakuan kita yang mungkin kita anggap biasa saja.

    yah kita bisa belajar dari rubik. emang riris nih paling jago menghubungkan sesuatu (ex:rubik) dengan makna kehidupan. salut deh…

    1. hehee…makasih mas, emang saya sering mengigau…
      hmm…begitulah, kecil, besar, apapun yang kita lakukan akan dipertanggungjawabkan, seringnya diri ini lalai, ada orang lain yang kena imbas dari apa yang kita lakukan..semoga ini sebagai pengingat.

Leave a reply to iput Cancel reply

Website Powered by WordPress.com.

Up ↑